Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur – Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang terkenal akan keindahan alamnya, dimana provinsi ini berada pada bagian tenggara Indonesia. Bukan hanya keindahan alam saja, melainkan provinsi Nusa Tenggara Timur juga mempunyai kebudayaan yang unik, salah satunya adalah pakaian adat. Penasaran bagaimana pakaian adat Nusa Tenggara Timur? Yuk simak ulasan berikut ini! Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Gambar Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa Nusa Tenggara Timur terkenal akan keindahan alamnya yang sangat mengagumkan. Dimana pada Nusa Tenggara Timur ini juga mempunyai 7 suku yang berbeda, diantaranya adalah suku Rote, suku Dawan, suku Helong, suku Sabu, suku Sumba, suku Lio dan juga Suki Manggarai. Pada setiap suku tersebut tentunya mempunyai suatu kebudayaan yang membedakan antara satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pakaian adat. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur ini mempunyai bentuk yang berbeda pada setiap dulunya, dimana tentunya juga mempunyai ciri khas tersendiri. Nama Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur mempunyai banyak suku dengan latar belakang budaya masing-masing, sehingga budaya yang adat di NTT ini juga mengalami akulturasi antara budaya yang satu dengan yang lainnya. Seperti yang sudah disebutkan diatas, bahwa Nusa Tenggara Timur ini mempunyai suku yang berbeda-beda. Dimana setiap suku juga mempunyai kebudayaan unik tersendiri, salah satunya adalah pakaian adat. Daripada semakin penasaran tentang pakaian adat Nusa Tenggara Timur, maka sebaiknya langsung saja yuk simak penjelasan masing-masing pakaian adat tersebut dibawah ini! No Macam-Macam Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur 1 Pakaian Adat Suku Rote 2 Pakaian Adat Suku Dawan 3 Pakaian Adat Suku Helong 4 Pakaian Adat Suku Sabu 5 Pakaian Adat Suku Sumba 6 Pakaian Adat Suku Lio 7 Pakaian Adat Suku Manggarai 1. Pakaian Adat Suku Rote Gambar Pakaian Adat Suku Rote Suku Rote merupakan suku yang pernah bermigrasi dari pulau Seram, Maluku dan sekarang sudah menjadi penduduk asli dari pulau Rote. Suku ini juga mendiami beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur ini, seperti pada pulau Timor, pulau Ndao, pulau Pamana, pulau Nuse, pulau Heliana, pulau Manuk, pulau Landu dan masih banyak lagi pulau yang lainnya. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Rote ini ternyata dijadikan sebagai ikon dari pakaian adat daerah untuk wilayah NTT. Hal tersebut dikarenakan memang pakaian yang ada di suku Rote ini mempunyai model yang unik dengan berbagai ciri khas dan juga sejarah serta nilai filosofis yang tinggi pada baju adat tersebut. Keunikan baju ini terletak pada penutup kepalanya atau topi yang disebut dengan ti’i langga. Dimana topi ini mempunyai bentuk yang unik dikarenakan topi tersebut mirip dengan topi yang digunakan oleh masyarakat Meksiko yakni topi sombrero. Topi ti’i langga ini terbuat dari bahan daun lontar yang sudah kering. Dimana daun tersebut juga menjadi simbol kewibawaan dan juga kepercayaan diri bagi kaum laki-laki yang berada di suku Rote. Topi ini juga merupakan salah satu aksesoris utama dalam pakaian adat suku Rote yang disebut dengan pakaian tenun ikat, dimana pakaian tersebut terbuat dari kain tenun. Pakaian ini merupakan kombinasi dari kemeja putih dengan lengan panjang dan juga kombinasi antara sarung tenun ikat yang mempunyai warna gelap, sarung tersebut nantinya digunakan untuk bagian bawah. Kemudian untuk penutup dada, para kaum pria akan menggunakan sebuah selendang kain yang mempunyai motif sama pada bagian bahu. Sedangkan pakaian yang akan digunakan oleh perempuan suku Rote adalah kebaya dengan bawahan dipakaikan sarung tenun yang terbuat dari tangan. 2. Pakaian Adat Suku Dawan Gambar Pakaian Adat Suku Dawan Suku Dawan merupakan suku yang tinggal di beberapa wilayah yang ada di Nusa Tenggara Timur, seperti Belu, Kupang, dan juga Timor. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Dawan ini dinamakan dengan baju Amarasi. Dimana baju Amarasi merupakan baju yang digunakan oleh kaum wanita dan terdiri dari beberapa komponen, diantaranya adalah kebaya, sarung tenun yang digunakan sebagai bawahan, selendang yang akan diselempangkan untuk menutupi dada. Bukan hanya itu, para kaum perempuan juga akan menggunakan beberapa macam aksesoris seperti sisir emas, tusuk konde yang berhiaskan tiga join emas dan juga sepasang gelang dengan bentuk kepala ular. Sedangkan pada bagian pria, baju amarisi ini terdiri dari kemeja bodo dan juga sarung tenun yang diikat pada pinggang. Biasanya para kaum pria juga akan menggunakan berbagai macam aksesoris perhiasan seperti kalung muti salak, kalung habas, gelang Timor dan juga menggunakan ikat kepala dengan hiasan tiara. 3. Pakaian Adat Suku Helong Gambar Pakaian Adat Suku Helong Suku Helong merupakan suku dengan mayoritas penduduk asli dari pulau Timor. Dimana kebanyakan suku Helong ini berada di wilayah Kupang, tepatnya di Kupang Tengah dan juga Kupang barat, tapi ada juga suku Helong yang berada di pulau lain, seperti pulau Semau dan juga pulau Flores. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Helong ini dibagi menjadi dua jenis, yakni pakaian adat yang dikhususkan untuk wanita dan juga pakaian adat yang dikhususkan untuk laki-laki. Untuk wanita, pakaian adat ini terdiri dari berbagai komponen diantaranya adalah atasan yang berupa kebaya atau kemben dengan bawahan yang berupa sarung dengan cara penggunaan diikat menggunakan ikat pinggang emas atau pending. Tentunya juga para wanita dari suku Helong ini akan menggunakan aksesoris tambahan, yakni berupa bula molik atau hiasan kepala dengan bentuk seperti bulan sabit. Kemudian ada juga aksesoris berupa kalung yang mempunyai bentuk bulan serta anting-anting atau giwang yang disebut dengan kerabu jangan lupakan hiasan leher yang berbentuk bulan. Sedangkan untuk kaum pria suku Helong akan menggunakan pakaian adat berupa atasan kemeja bodo dengan bawahan akan menggunakan selimut lebar. Jangan lupakan berbagai aksesoris untuk pelengkap seperti ikat kepala yakni destar dan juga perhiasan leher yang dikenal dengan habas. 4. Pakaian Adat Suku Sabu Gambar Pakaian Adat Suku Sabu Suku Sabu merupakan suku yang tinggal di pulau Hai Rau tepatnya berada di daerah kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pakaian adat sabu ini juga dibedakan menjadi dua jenis, yakni digunakan untuk pria dan juga digunakan untuk para wanita. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Sabu yang digunakan untuk kaum pria biasanya terdiri dari atasan berupa kemeja putih dengan lengan panjang. Sedangkan pada bagian bawahnya biasanya akan menggunakan sarung yang terbuat dari bahan kain katun. Bukan hanya itu, terdapat pula aksesoris tambahan berupa selendang yang akan diselempangkan pada bahu, dengan ikat kepala yang berupa mahkota tiga tiang yang dibuat dengan menggunakan emas, kalung muti salak, sabuk berkantong, perhiasan leher atau habas dan juga sepasang gelang emas. Sedangkan pakaian adat yang digunakannya oleh wanita jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kaum laki-laki. Dimana para wanita hanya akan menggunakan kebaya dan juga kain tenun dengan dua buah lilitan, kain tenun yang digunakan adalah kain dengan berbentuk sarung dengan ikat pinggang yang disebut dengan pending. 5. Pakaian Adat Suku Sumba Gambar Pakaian Adat Suku Sumba Suku Sumba merupakan suku yang mendiami pulau Sumba. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Sumba ini disebut dengan hinggi, dimana hinggi yang digunakan tersebut terdiri dari dua lembar, yakni ada hinggi kawuru dan juga hinggi kombu. Sedangkan pada bagian kepala akan dilengkapi dengan ikat kepala yang dililitkan atau diikat dengan membentuk jambul. Posisi jambul ini bisa berada pada bagian depan atau samping kiri dan juga kanan, posisi ini tergantung simbol yang ada. Ikat kepala ini dinamakan dengan tiara Patang. Pakaian pria Sumba juga akan dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris, diantaranya adalah kabiala atau senjata tradisional dari suku Sumba yang akan disisipkan pada bagian ikat pinggang. Pemakaian senjata ini melambangkan akan keperkasaan, selanjutnya pada bagian pergelangan tangan kiri akan diberikan perhiasan yang disebut dengan muti salak dan juga kanatar. Pemakaian perhiasan ini juga mempunyai makna, yakni menyimbolkan akan strata sosial dan juga kemampuan ekonomi. Sedangkan pakaian yang akan digunakan oleh kaum wanita berupa kain dengan jenis berbeda-beda, antara lain adalah lau kawar, lau mutikau, lau pahudu, dan juga lau pahudu kiku. Dimana kain tersebut akan digunakan sampai setinggi dada dan juga pada bagian bahunya yang ditutup dengan menggunakan taba huku yang mempunyai warna senada dengan kain yang dipakai. Pada bagian kepalanya akan digunakan tiara dengan warna polos yang akan diikatkan serta dilengkapi dengan penggunaan hai kata atau tiduhai. Pada bagian dahi juga akan diberikan maraga atau perhiasan logam, pada bagian telinga akan diberikan perhiasan yang disebut dengan mamuli dan pada bagian leher akan diberikan kalung emas. Sehingga tampilan dari kaum wanita terlihat semakin menawan. 6. Pakaian Adat Suku Lio Gambar Pakaian Adat Suku Lio Suku Lio merupakan suku tertua yang ada di Flores, atau lebih tepatnya suku yang mendiami kabupaten Ende. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Lio ini bernama ikat patola. Ikat patola merupakan kain tenun yang digunakan secara khusus untuk kepala suku dan juga warga kerajaan. Dimana ikat patola ini mempunyai motif yang beragam, seperti motif dedaunan, motif hewan meliputi biawak hingga motif manusia. Motif-motif tersebut akan ditenun dengan menggunakan benang yang berwarna biru atau merah pada dasaran kain yang berwarna gelap. Biasanya kain juga akan diberikan berbagai hiasan berupa manik-manik atau kulit kerang pada tepi kainnya. Tetapi yang perlu diingat disini adalah, hiasan manik-manik tersebut hanya diperuntukkan untuk para wanita bangsawan. Ikat patola ini juga terbilang cukup sakral karena kain ini juga digunakan sebagai penutup jenazah dari para kepala suku, bangsawan dan juga raja. 7. Pakaian Adat Suku Manggarai Gambar Pakaian Adat Suku Manggarai Manggarai merupakan suku yang juga mendiami wilayah Nusa Tenggara Timur, dimana suku ini juga mempunyai pakaian adat dengan nilai-nilai filosofis yang tinggi. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur suku Manggarai ini dinamakan kain Songke. Kain songke merupakan kain yang dijadikan sebagai pakaian adat wajib untuk para wanita suku Manggarai. Adapun cara pemakaian dari kain ini juga terbilang cukup mirip dengan pemakaian sarung, hanya saja dalam memakai pakaian ini tidak boleh digunakan secara sembarangan, karena ada beberapa bagian tertentu yang harus menghadap pada bagian depan. Kain songke ini didominasi dengan warna hitam, dimana warna tersebut melambangkan keagungan dan juga kebesaran dari suku Manggarai. Bukan hanya itu, setiap motif yang ada di pada kain ini juga berbeda-beda, dimana masing-masing motif juga membuat makna yang berbeda-beda pula Misalnya pada kain songke dengan motif wela kaleng yang melambangkan akan ketergantungan manusia dengan alam, ada juga motif ranggong yang melambangkan kejujuran serta kerja keras dan juga ada motif su’i yang melambangkan bahwa segala sesuatu tersebut ada batasannya. Penutup Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Nusa Tenggara Timur. Semoga artikel ini bisa berguna bagi para pembaca sekalian serta bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan. Berhubungan dengan pakaian adat dari provinsi Nusa Tenggara Timur, semoga juga artikel ini bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca sekalian! Pakaian Adat Nusa Tenggara Timursumber referensi
Dengancara tersebut kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram, jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai pemenuhan mata kuliah "Antropologi Budaya" mengadakan observasi Untuk melihat Tentang Kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Barat yang dimana Penulis sendiri memfokuskan untuk mengamati kebudayaan dalam Masalah Pakaian Adat Di masing-masing daerah yang ada di
Kali ini redaksi selanjutnya akan mengenalkan kepada pembaca setia, tentang pakaian adat atau baju adat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Disalin dari Provinsi Nusa Tenggara Barat atau NTB adalah suatu wilayah yang terletak di kepulauan Nusa Tenggara yang terdiri dari gugusan pulau kecil. Di antara deretan pulau ini, ada dua yang berukuran terbesar yaitu pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Pulau Lombok mayoritas dihuni oleh suku Sasak sedangkan pulau Sumbawa mayoritas dihuni oleh suku Bima. Bila kita mengulas tentang pakaian adat Nusa Tenggara Barat, maka tak akan luput dari kebudayaan dari ke-2 suku ini, karena keduanya mempunyai keunikan dan ciri khas masing-masing. Berikut ini kami bahas Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat, NTB Lengkap Dan Penjelasannya, dibawah ini Meskipun terdiri dari dua budaya yang dominan, di tingkat Nasional, budaya suku Sasaklah yang sering dikemukakan. Hal tersebut disebabkan karena secara keseluruhan, suku Sasak merupakan suku mayoritas di Provinsi NTB dengan jumlah sebesar 68% dari populasi penduduknya. Pakaian adat suku Sasak yang saat ini masih bisa kita temukan sebagai bukti kebudayaannya adalah pakaian adat yang bernama Lambung dan Pegon. Tentu busana adat ini cukup unik dengan karakteristiknya yang khas. Mari kita simak penjelasannya berikut ini Pakaian Adat Lambung, Wanita-NTB, foto Pakaian Adat NTB Lambung Untuk Wanita Pakaian adat lambung yaitu pakaian adat NTB yang dikenakan khusus bagi wanita pada waktu menyambut kedatangan tamu dan pada saat upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau Nyongkol. Pakaian tersebut berbentuk baju dengan warna hitam dengan bentuk kerah huruf “V”, tanpa lengan, dan dihiasi manik-manik pada tepian jahitan. Pakaian ini dipakai bersama dengan selendang yang bercorak Ragi Genep pada bahu kanan atau kiri penggunanya. Selendang ini terbuat dari bahan kain songket khas suku sasak. Untuk busana bawahan, dipakai kain panjang yang dibalutkan pada pinggang. Kain ini bermotif bordir kotak atau segitiga di tepinya. Guna memperkuat balutan kain, dipakai sebuah sabuk anteng atau ikat pinggang berbentuk kain yang ujungnya dijuntaikan ke pinggang kiri. Pemakaian busana adat lambung untuk wanita biasanya dilengkapi dengan aneka ragam aksesoris antara lain sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan perak, anting-anting berbentuk bulat yang dibuat dari daun lontar sowang, dan bunga cempaka atau mawar yang terselip di sanggulan rambut yang bermodel Punjung Pliset. Pakaian Adat Sasak Lombok-NTB, foto Pakaian Adat NTB Pegon untuk Laki-laki Baju pegon khusus dipakai oleh kaum laki-laki. Baju tersebut dipercaya dari hasil adaptasi kebudayaan Eropa dan Jawa yang dibawa ke Nusa Tenggara Barat di masa lampau. Baju ini berbentuk jas hitam sebagaimana jas biasa. Sedangkan untuk bawahannya, dipakai Wiron atau Cute yaitu batik bermotif nangka berbahan kain pelung hitam. Masih ada beberapa aksesoris lain yang dipakai untuk melengkapi keindahan pakaian adat NTB untuk kaum pria Sasak ini selain Pegon dan Wiron. Aksesoris ini berupa ikat kepala bernama capuq berbentuk mirip udeng khas Bali, ikat pinggang bernama leang berbentuk kain songket bersulam benang emas, dan keris terselip di samping atau belakang ikat pinggang. Selain beberapa aksesoris di atas, khusus bagi para pemangku adat juga memakai selendang umbak dengan warna putih, merah, hitam dengan panjang sekitar 4 meter. Pakaian Adat Suku-Bima-NTB, foto Pakaian Tradisional Suku Bima Pakaian adat suku NTB suku Bima dikenal dengan nama Rimpu. Bentuk Rimpu sangat mirip dengan bentuk mukena, yaitu satu bagian menutupi kepala sampai perut dan satu bagian lainnya menutupi perut hingga kaki. Pakaian Adat Suku Bima NTBPakaian Adat Suku Bima NTB Dari bentuk Rimpu ini membuktikan bahwa pengaruh kebudayaan Islam di masyarakat suku Bima sangatlah kuat. Adapun, Rimpu sendiri berdasar fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Rimpu Cili khusus bagi perempuan yang belum menikah dan Rimpu Colo bagi perempuan yang telah menikah. Rimpu Cili menutupi seluruh tubuh penggunanya kecuali mata, sedangkan Rimpu Colo menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. Bagi kaum laki-laki Bima, mengenakan ikat kepala dari kain tenun dengan nama Sambolo. Sambolo dikenakan dengan ujung-ujung melingkari kepala. Busana atasan pria berbentuk kemeja lengan panjang sedangkan bawahannya berbentuk sarung songket yang bernama Tembe Me’e. Busana bawahan dilengkapi selendang yang berfungsi sebagai ikat pinggang atau Salepe. Demikian pembahasan tentang Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat, NTB Lengkap dan penjelasannya. Semoga menambah wawasan Anda tentang keragaman budaya nusantara khususnya pakaian adat daerah di Indonesia.
SumberGambar : Gambar Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Terbaru . Sumber Gambar : bajutradisionals.com 34 Pakaian Adat beserta Nama dan Asal Provinsinya di Indonesia . Sumber Gambar : moondoggiesmusic.com Nama Nama Pakaian Adat Daerah Lengkap dengan Gambar dan .
Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB identik dengan ragam busana tradisional dan kerajinan tenunnya. Pakaian adat NTB mewakili masing-masing suku yang ada di wilayah ini. Setiap bagian busana sarat akan filosofi yang mencerminkan adat dan budaya dari suku-suku tersebut. Latar belakang penduduk yang mayoritas muslim turut pula mempengaruhi bentuk dan cara pemakaian pakaian tradisionalnya. Tak hanya itu, beberapa pakaian adat NTB adalah contoh akulturasi antar suku seperti yang nampak pada pakaian pengantin perempuan Sumbawa. Berikut ini adalah macam-macam pakaian adat yang ada di NTB. Setiap jenis pakaian disertai pula dengan foto atau gambar dan keterangannya. Ragam Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat 1. Pakaian Adat Lambung2. Pakaian Adat Pegon3. Pakaian Adat Rimpu4. Pakaian Adat Katente Tembe5. Pakaian Adat Poro6. Pakaian Adat Poro Rante dan Pasangi7. Pakaian Adat Donggo8. Pakaian adat Suku Sumbawa 1. Pakaian Adat Lambung Pakaian adat Lambung, sumber Suku Sasak adalah salah satu suku asli Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu keahlian masyarakat suku Sasak adalah membuat tenunan. Kain tenunan ini juga menjadi bagian dari pakaian adat suku Sasak. Pakaian adat untuk kaum perempuan suku Sasak dikenal dengan nama Lambung. Pakaian ini sejenis kebaya longgar berlengan pendek. Panjang kebaya sebatas pinggang. Ciri khasnya terletak pada warna dasarnya yang didominasi hitam dengan kerah berbentuk V’. Sebuah selendang songket khas Sasak diletakkan menjuntai pada bahu kanan. Sebagai pemanis bagian belakang baju Lambung ini dibuat agak naik. Model busana ini mirip dengan baju bodo. Sementara untuk bagian bawah adalah berupa sarung atau biasa disebut kemben yang juga berwarna hitam dengan dihiasi motif flora pada beberapa bagian. Ikat pinggang bernama sabuk anteng dipakai untuk mengencangkan kemben. Cara pemakaiannya adalah dengan dililitkan ke pinggang dan menyisakan ujung rumbaian pada sisi kiri. Aksesoris untuk perhiasan telinga adalah berupa anting-anting besar atau disebut sowang. Anting berbentuk bulat ini terbuat dari gulungan daun lontar dengan tambahan aksen dari bahan perak. Aksesoris selanjutnya adalah berupa gelang tangan dan gelang kaki yang gemericing ketika pemakainya berjalan. Pakaian tradisional Sasak juga dikenakan oleh penari dalam membawakan berbagai tarian tradisional. 2. Pakaian Adat Pegon Pakaian adat Pegon, sumber Pakaian adat Pegon diperuntukkan bagi kaum pria suku Sasak. Jenis pakaian adat ini mendapat pengaruh dari budaya Jawa selain juga mengadopsi gaya busana Eropa. Pengaruh budaya Eropa terlihat pada bentuk Pegon yang menyerupai jas yang umumnya berwarna hitam. Konon paduan busana ini melambangkan kegungan dan kesopanan. Pada bagian pinggang dililitkan kain songket yang biasa disebut leang atau dodot dan sebilah keris diselipkan diantaranya. Sebagi penutup pinggang dan bagian bawah tubuh adalah kain dengan wiron yang panjangnya hingga semata kaki. Kain ini memiliki motif campuran antara corak khas Lombok dan batik Jawa. Kain wiron ini mengandung filosofi tentang sikap rendah hati. Pria Sasak juga memakai ikat kepala yang disebut sapuq. Selain melambangkan kejantanan, sapuq juga mengandung makna tentang penghormatan kepada Tuhan yang Esa dan menjaga pikiran pemakainya tetap bersih. 3. Pakaian Adat Rimpu Pakaian adat Rimpu, sumber Suku Bima atau mereka menyebut diri sebagai dou mbojo bermukim di kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. Suku ini dikenal dengan tradisi dan budaya yang mendapat banyak pengaruh kuat dari budaya Islam. Hal ini juga terlihat dari pakaian adat orang-orang Bima. Pakaian adat Rimpu dari suku Bima untuk kaum perempuan sangat unik dan khas serta tertutup sebagaimana disyariatkan dalam ajaran Islam. Pakaian adat Rimpu ini sesungguhnya adalah cara berbusana untuk menutup bagian atas tubuh dengan mengenakan kain sarung tenun khas Bima-Dompu atau biasa disebut tembe nggoli oleh masyarakat setempat. Sedangkan untuk bagian bawah tubuh dari pinggang hingga kaki juga mengenakan sarung dimana cara mengenakannya dililitkan seperti biasa kemudian ujungnya diselipkan atau dijepit agar tidak terlepas. Cara pemakaian ini dikenal dengan sebutan sanggentu. Pakaian adat Rimpu untuk perempuan yang sudah menikah, sumber Pakaian adat Rimpu ini secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni Rimpu Mpida dan Rimpu Biasa. Pakaian Rimpu Mpida dikenakan oleh kaum perempuan yang belum menikah. Rimpu Mpida terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, salah satunya adalah Rimpu Cili. Sebagai deskripsi, Rimpu Cili menutup sekujur tubuh dan hanya menyisakan bagian mata yang terbuka sehingga menyerupai cadar. Sedangkan Rimpu Biasa dikenakan oleh perempuan yang telah menikah. Sedikit berbeda dengan Rimpu Cili, Rimpu Biasa membiarkan bagian wajah penggunanya tetap terbuka. Sebenarnya tidak hanya suku Bima, suku Dompu juga mengenakan Rimpu sebagai pakaian tradisionalnya. 4. Pakaian Adat Katente Tembe Pakaian adat Katente Tembe, sumber Bila pakaian adat kaum perempuan Bima dikenal dengan nama Rimpu maka pakaian adat atau cara berbusana kaum pria Bima adalah Katente Tembe. Pakaian adat ini juga terdiri dari dua helai kain sarung, tetapi terdapat perbedaan pada cara pemakaiannya. Pada Katente Tembe salah satu sarung dililitkan ke pinggang hingga menutupi lutut sementara yang lainnya diselempangkan ke bahu atau dikenal dengan istilah saremba. Sarung ini tidak hanya dikenakan saat bekerja ke sawah atau ladang namun juga berfungsi saat menunaikan ibadah shalat. Oleh karena itu, konon cara berpakaian Katente Tembe ini mengandung makna tentang kerja keras dan ketaatan dalam beribadah. Selain menjadi pakaian tradisional suku Bima, Katente Tembe juga merupakan busana masyarakat suku Dompu. Banyaknya persamaan antara keduanya karena secara geografis kedua suku bermukim di wilayah yang berdekatan. Penjelasan lain terkait persamaan ini adalah merujuk pada sejarah kedua suku yang masih serumpun. 5. Pakaian Adat Poro Pakaian adat suku Bima, sumber Lembaga Sampela Mbojo Selain busana Rimpu yang mendapat pengaruh dari budaya Islam, masyarakat Bima juga memiliki pakaian tradisional lain yang dikenal dengan nama baju Poro untuk kaum perempuan. Poro adalah baju polos tanpa motif ataupun hiasan. Pakaian ini terbuat dari kain yang meskipun bahan dasarnya tipis tetapi tidak tembus pandang. Terdapat pembagian warna pada baju Poro yang disesuaikan dengan latar belakang pemakainya. Baju Poro yang didominasi warna-warna gelap seperti hitam, biru tua, cokelat tua, dan ungu dikenakan oleh para ibu. Sementara warna merah diperuntukkan bagi para gadis. Keluarga bangsawan sendiri mengenakan warna kuning dan hijau. Sebagai pasangan baju Poro yang dikenakan sebagai bawahan adalah sarung Palekat dengan motif kotak-kotak yang dipakai hingga ke mata kaki. Sementara untuk aksesoris adalah berupa gelang dan anting. 6. Pakaian Adat Poro Rante dan Pasangi Pakaian Pengantin suku Bima, sumber Poro Rante adalah merupakan pakaian adat untuk pengantin perempuan Bima. Poro Rante berwarna merah dengan hiasan cepa atau bunga emas yang memenuhi permukaan bidang baju. Baju ini dipadukan dengan kain songket atau tembe songke dengan motif bunga kakando, samobo, atau satako. Songket ini dikenakan dengan ikat pinggang berwarna keemasan bernama salepe. Sebagai pelengkap adalah sapu tangan atau pasapu yang terbuat dari bahan sutera dengan sulaman benang perak. Di masa lalu pengantin tradisional Bima mengenakan aksesoris sebagai hiasan rambut yang dibuat dari gabah padi atau keraba. Hiasan kepala lain yang umum dikenakan pada pengantin perempuan Bima adalah kembang goyang atau Jungge dondo berupa kembang panjang yang terbuat dari manik-manik. Selain itu, aksesoris lainnya berupa anting-anting yang dinamakan bangko dondo dan gelang atau biasa disebut ponto yang semuanya berwarna keemasan. Sementara pakaian adat pengantin pria Bima bernama Pasangi. Pakaian adat ini terdiri dari baju lengan panjang berwarna merah, cokelat, atau hitam. Sementara pakaian berwarna hijau atau kuning diperuntukkan bagi kaum bangsawan. Pakaian ini bersulam benang emas atau perak, kemudian dipadukan dengan bawahan berupa celana panjang atau biasa disebut sarowa dondo yang juga dihiasi sulaman benang emas atau perak. Selanjutnya adalah kain songket yang biasa disebut sarung siki atau tembe siki dikenakan di luar celana panjang. Baba berupa ikat pinggang besar biasanya berwarna merah atau cokelat. Sedangkan salepe atau ikat pinggang dikenakan diluar baba. Kemudian sebilah keris atau biasa disebut sampari diselipkan pada sisi kiri depan di dekat rusuk. Keris ini bagian hulunya ditutup dengan sehelai sapu tangan kuning yang dalam bahasa setempat disebut pasapu monca. 7. Pakaian Adat Donggo Pakaian perempuan Donggo, sumber Donggo salah satu suku yang ada di Kabupaten Bima. Masyarakat Donggo mendiami kawasan pegunungan dan dataran tinggi Bima. Suku ini memiliki pakaian tradisional yang berbeda coraknya dari suku lainnya di Bima. Ciri khas yang menonjol pada pakaian suku ini adalah didominasi oleh warna hitam. Warna hitam ini identik dengan ritual kematian yang dilakukan oleh suku ini pada masa lampau. Pada laki-laki tua dan dewasa pakaian tradisionalnya berupa baju berkerah dengan warna hitam atau biru tua. Pakaian ini dilengkapi dengan ikat kepala sambolo dengan warna yang sama yang bercorak kotak-kotak. Pelengkap pakaian lainnya adalah berupa ikat pinggang atau salongo yang terbuat dari benang kapas dan ditenun sendiri. Sementara untuk remaja laki-laki juga mengenakan pakaian yang dibuat dari benang kapas berwarna hitam yang dihiasi corak garis-garis putih. Pakaian ini memiliki model leher bundar seperti kaos yang disebut baju mbolo wo’o. Sebagai pelengkap adalah salongo berwarna merah atau kuning yang fungsinya sebagai tempat menyematkan pisau. Sedangkan untuk wanita tua dan dewasa mengenakan pakaian yang disebut kababu yakni berupa baju hitam pendek yang terbuat dari benang katun. Sebagai bawahan adalah berupa celana dengan panjang di bawah lutut yang dinamakan deko. Selain itu, kaum perempuan dewasa mengenakan sarung yang dalam bahasa setempat dinamakan tambe me’e. Sarung berwarna hitam atau biru tua ini dililitkan di luar deko. Pakaian ini kemudian dilengkapi dengan aksesoris berupa giwang dan kalung dari manik-manik berwarna merah. Sedangkan pakaian untuk remaja perempuan suku Donggo bernama kani dou sampela. Potret gadis Donggo dalam pakaian tradisional, sumber Sama halnya seperti perempuan dewasa, remaja perempuan mengenakan kababu dilengkapi dengan bawahan berupa deko berbentuk segitiga yanng panjangnya hingga ke lutut. Sementara untuk sarung khas Donggo atau tembe Donggo juga berwarna hitam dengan motif kotak-kotak putih yang diikatkan ke pinggang dikenakan luar deko. Aksesoris untuk remaja putri adalah kalung manik-manik merah yang dibiarkan menjuntai hingga ke dada. 8. Pakaian adat Suku Sumbawa Pakaian dan sarung khas Sumbawa, sumber Suku Sumbawa yang dikenal juga dengan nama Samawa mendiami wilayah Sumba Barat, Nusa Tenggara Barat. Suku ini menyebut diri mereka sebagai Tau Samawa. Suku Sumbawa memiliki kerajinan khas berupa songket yang dibuat dari benang katun, dan dihias dengan benang emas dan perak. Songket khas Sumbawa ini dinamakan Kere’ Alang. Pakaian adat wanita Sumbawa bernama lamung pene yang berupa baju kebaya lengan pendek. Sedangkan untuk bagian bawah adalah tembe lompa yakni berupa sarung songket dengan motif kotak-kotak. Kain ini dikenakan hingga semata kaki. Lamung Pene, sumber Ikat pinggang perak menjadi aksesoris pelengkapnya di samping sapu tangan atau sapu to’a yang diselempangkan pada bahu kiri. Aksesoris lainnya berupa kalung, hiasan telinga yang dinamakan bengkor troweh, dan gelang tangan. Pakaian adat laki-laki Sumbawa dinamakan Lamung. Pakaian ini memiliki model serupa jas lengan panjang yang tertutup bagian atasnya. Sebagai bawahan adalah berupa celana panjang yang disebut saluar belo. Celana panjang ini dilengkapi dengan songket yang fungsinya seperti dodot. Perhiasan kepala kaum pria adalah berupa ikat kepala sapu dengan motif kotak-kotak. Ikat kepala ini dari tenunan yang terbuat dari benang katun Sumbawa. Lain lagi dengan pakaian pengantin Sumbawa. Pakaian adat Pengantin Sumbawa, sumber Pengantin perempuan mengenakan pakaian yang berbeda dari pakaian adat biasa. Pakaian pengantin untuk wanita golongan bangsawan adalah berupa baju dengan lengan pendek atau disebut lamung yang bentuknya menyerupai baju bodo dari dari Sulawesi Selatan. Konon hal ini dikarenakan pengaruh pakaian tradisional masyarakat Bugis yang memang banyak bermukim di wilayah ini pada masa lampau. Pada hampir seluruh bagian baju diberi hiasan sulaman emas berbentuk bunga. Sebuah sapu tangan atau kida sanging dengan motif daun berwarna emas atau perak disampirkan di bahu kiri. Sebagai bawahan menggunakan rok panjang atau dapat juga berupa rok pendek yang dihiasi motif bunga senada dengan baju. Selain itu pengantin juga mengenakan kalung dan gelang yang terbuat dari emas yang dinamakan ponto atau kelaru. Selanjutnya hiasan kepala menggunakan kembang goyang, aksesoris ini juga banyak dikenakan oleh para pengantin dari berbagai daerah lainnya hanya saja bentuknya berbeda. Pengantin laki-laki Sumbawa mengenakan baju lengan panjang berwarna hitam bernama gadu yang dihiasi bunga emas atau cepa. Sebuah kain seperti selendang berwarna merah dengan motif bunga bernama simbangan diselempangkan di atas gadu. Sebagai bawahan adalah celana panjang berwarna hitam dengan hiasan bunga pada tepi-tepinya. Pada bagian luar celana dililitkan sebuah kain yang dibentuk meyerupai rok atau biasa disebut tope. Ikat pinggang atau pending dikenakan sebagai penahan tope. Selanjutnya sebagai hiasan kepala adalah berupa mahkota yang biasa disebut pasigar. Mahkota ini terbuat dari kain yang dilipat berbentuk kipas dengan motif daun dan bunga emas. Sebagai pelengkap pakaian pengantin pria adalah sebilah keris yang diselipkan pada pending. Demikianlah pakaian adat yang ada di Nusa Tenggara Barat. Pakaian tradisional di Indonesia saat ini sudah banyak ditinggalkan dan tidak lagi menjadi pakaian sehari-hari. Gaya hidup modern dan kepraktisan menjadi alasan utamanya. Sementara beberapa pakaian adat masih bertahan dan digunakan pada momen-momen tertentu seperti pada acara pernikahan. Melestarikan pakaian adat dan tradisional adalah bagian dari memelihara adat dan budaya bangsa.
Berikutini adalah salah satu pakaian adat indonesia daerah NTB untuk anak. 19. Pakaian Adat NTT Nusa Tenggara Timur / Baju Adat NTT - Pakaian Adat Tradisional Nusa Tenggara Timur Ti'langga merupakan aksesoris dari pakaian adat tradisional untuk pria Rote, Nusa Tenggara Timur.NHSxgbk.